Header Ads

Harga Emas Bisa Sentuh US$ 1.500 Tahun 2018



 Jakarta - Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Kitco, perusahaan jual beli komoditas logam asal Kanada, harga emas akan terus melambung pada 2018.

Survei online yang dilakukan kepada lebih dari 1.500 reponden tersebut menyimpulkan bahwa sekitar 975 responden atau kurang lebih 64 persen memperkirakan harga emas akan di atas US$ 1.300 per ounce yang merupakan level penutupan pada 2017.

Mengutip kitco.com, Selasa (2/1/2018), terdapat 360 suara atau 24 persen yang menyatakan harga emas akan berada di atas US$ 1.500 per ounce. Sedangkan 264 responden lain atau kurang lebih 17 persen melihat harga emas akan berada di kisaran US$ 1400 per ounce hingga US$ 1499 per ounce.

Sementara itu, 351 responden atau 23 persen mengatakan bahwa harga emas akan berada di kisaran US$ 1300 per ounce hingga 1.399 per ounce hingga akhir 2018.

Beberapa alasan yang membuat harga emas bakal melambung di tahun ini adalah kenaikan inflasi AS dan nilai tukar dolar AS yang diperkirakan bakal melandai.

Alasan lain, harga saham telah melonjak cukup tinggi di 2017 kemarin. Angka lonjakan tersebut sudah melampaui batas wajar sehingga kemungkinan besar bursa saham akan terpuruk di 2018.


Dengan adanya penurunan bursa saham maka orang-orang akan memindahkan aset mereka ke logam mulia sebagai aset safe haven. Tentu saja, dengan permindahan tersebut akan membuat permintaan meningkat dan kenaikan harga emas.


Chairman dan Chief Executive Officer (CEO) Adrian Day Asset Management, Adrian Day, melihat bahwa harga emas akan berada di kisaran US$ 1.387 per ounce. Dia mengatakan mengetatan moneter Federal Reserve diperkirakan sudah mendapat porsi yang besar di 2017 kemarin. Oleh karena itu pasar saham dan obligasi melonjak tinggi tahun kemarin.

"Sedangkan untuk tahun ini kemungkinan akan bergerak  dan itu memberikan dukungan kepada emas," jelas dia.

Ronald-Peter Stoeferle, fund manager dari Incrementum AG dan penulis laporan tahunan "In Gold We Trust", melihat emas naik menjadi US$ 1.500 per ounce.

"Kami memperkirakan tingkat inflasi meningkat dan turunnya tingkat suku bunga. Selain itu, risiko geopolitik kurang baik saat ini," katanya.

Tidak ada komentar